Sunday, May 10, 2015

kehidupan



Awalnya sebuah kertas tersebut masih putih belum ada pena manapun yang memberikan tintanya kepada kertas. Begitulah keadaan kita ketika lahir ke dunia ini. Belum ada kesalahan yang kita lakukan. Saat itu kita hanya menangis, apakah menangis karena merasakan kejamnya kehidupan di dunia ini atau menangis karena menyesal telah menyetujui kontrak kehidupan dengan Sang Pencipta untuk datang kedunia ini. Belum ada yang mengetahui sampai sakarang ini..   
Awalnya sebuah kertas tersebut masih putih belum ada pena manapun yang memberikan tintanya kepada kertas. Begitulah keadaan kita ketika lahir ke dunia ini. Belum ada kesalahan yang kita lakukan. Saat itu kita hanya menangis, apakah menangis karena merasakan kejamnya kehidupan di dunia ini atau menangis karena menyesal telah menyetujui kontrak kehidupan dengan Sang Pencipta untuk datang kedunia ini. Belum ada yang mengetahui sampai sakarang ini..    


            Ketika kita lahir dengan keadaan menangis, keluarga tentunya bahagia melihat kehadiran kita disisi mereka. Namun ada juga keluarga yang sepertinya tidak menginginkan kehadiran kita disisinya. Entah mengapa mereka tidak menginginkan kehadiran kita, kita  ketika itu tidak mengetahui apapun dan yang jelas 100% bukan kesalahan kita sebagai pendatang baru di kehidupan dunia ini.Namun itu merupakan tantangan awal bagi kita sebagai pendatang baru.
            Berada dikeluarga yang baik (mempunyai kapribadian baik) ataupun tidak itu merupakan sudah takdir Tuhan bagi kita sebagai pendatang baru dunia. Bagi kita yang ditempatkan di keluarga baik tentunya proses pendidikan yang akan kita terima juga baik dan sebaliknya karena suatu ilmu mengatakan bahwa keluarga merupakan tempat penanaman kepribadian yang paling mendasar dan  orang tua kita mengajarkan kepribadian dasar untuk dikembangkan di lingkungan.

            Dari bayi sampai fase anak-anak kita di didik mulai dari agama, kepribadian dasar dan kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk melanjutkan kehidupan. Dalam fase ini memang daya rekam memori kita sangat kuat. Apabila didalam keluarga tersebut terjadi pertengkaran suami istri yang seharusnya tidak boleh kita lihat, namun kita sering melihat mereka bertengkar dengan menggunakan kata-kata kasar. Tentu saja peristiwa serta kata-kata kasar tersebut akan tersimpan dalam memori kita.  
            Setelah melewati fase keluarga sebagai fase pondasi kepribadian kita, kita melanjutkannya ke fase sekolah. Di fase sekolah ini kita belajar mengembangkan kepribadian yang baik tanpa menyampingkan kemampuan dan keterampilan. Disini akan terjadi benturan antara kepribadian yang baik dengan yang tidak baik. Karena di sekolah kita akan melakukan sosialisasi dengan teman sebaya. Teman sebaya yang ditemui di sekolah belum tentu berasal dari keluarga yang baik dan proses penanaman kepribadiannya belum tentu baik. Dari proses sosialisasi tersebut tentunya akan terjadi saling mempengaruhi antara kita dengan teman sebaya tersebut.
Beruntung apabila kita bersosialisasi dengan teman yang mempunyai kepribadian yang baik. Namun apabila kita bersosialisasi dengan teman yang memiliki kepribadian yang tidak baik tentu disini letak permasalahannya. Dari proses sosialisasi yang terjadi di sekolah, pondasi yang ditanamkan pada fase keluarga sangat dibutuhkan. Apabila pondasi kita kuat maka kita akan bisa bertahan dari pengaruh kurang baik tersebut dan tidak menutup kemungkinan kita yang akan mempengaruhi mereka agar berkepribadian baik seperti kita. Sedangkan apabila pondasinya tidak kuat maka kertas putih tanpa tinta diatas akan mulai ternoda.
Di fase sekolah ini peran keluarga sangat dibutuhkan sebagai pendidik dan pengontrol kita. Karena pengaruh teman sebaya ini sangat besar dalam pengembangan kepribadian kita. Bagi keluarga yang baik belum tentu bisa mengontrol kita secara 100%, apalagi dari keluarga yang tidak baik. Orang tua yang hanya mementingkan kebutuhan materi untuk anak tanpa mementingkan perkembangan kepribadian anak. Hal tersebut sungguh sangat memprihatinkan. Namun kita sebagai anak semoga dan harus dapat memilih dan melaksanakan kepribadian yang baik tersebut.
Kemudian kita akan memasuki fase lingkungan. Di fase ini kita akan belajar dan melaksanakan apa yang telah kita pelajari disekolah dan dikeluarga. Jangan pernah menganggap mudah fase ini. Di lingkungan kita dihadapkan dengan kerasnya dunia. Mungkin lebih keras dari tumpukan batu karang di lautan. mulai dari permasalahan ekonomi, social dan seluruh aspek dalam masyarakat akan kita rasakan sehingga itu akan mempengaruhi kepribadian apabila kepribadian kita tidak kuat.
Jalan satu – satunya yaitu membuat benteng yang kuat dan tahan lama agar kepribadian kita tidak goyah mengikuti alur kehidupan lingkungan. Selalu belajar dan memperbarui keimanan merupakan salah satu cara yang dapat memperkokoh benteng kepribadian kita.